9. Teknik Pembuatan Video Film
9. Teknik Pembuatan Video Film
a. Tahap-tahap produksi film
Pra Produksi
Tiga tahap atau langkah utama, yaitu:
1). Pencarian dan Penemuan Ide
Tahap pra produksi dimulai dengan pencarian ide-ide kreatif dalam rangka menemukaan tema atau isu yang menarik dan memiliki nilai penting bagi kehidupan.
Dalam aktivitasnya, dalam tahap ini lazim menyertakan aktivitas riset dan diskusi, dalam rangka memilih, mengembangkan dan memantapkan ide. Dari pemantapan ide, penulis naskah melanjutkannya ke dalam naskah atau scrip yang siap untuk dijadikan panduan dalam produksi.
2). Perencanaan Produksi
Tahap ini meliputi penetapan-penetapan: jangka waktu kerja (time schedule), kesiapan naskah, pilihan artis, crew, lokasi shooting, alokasi anggaran, jenis dan jumlah peralatan, property serta wardrop atau kostum artis.
Dalam kaitannya dengan iklim (kondisi alam), kadang estimasi waktu menjadi meleset. Ini bisa berakibat macam-macam, termasuk akibat pada waktu dan anggaran. Oleh karenanya perencanaan perlu disusun secermat mungkin.
3). Persiapan Produksi
Tahap ini meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam rangka membereskan beberapa hal seperti perijinan, kesiapan artis (biasanya dengan latihan atau reading), memeriksa kesehatan crew dan artis, pembuatan setting, pemeriksaan alat, property dan wardrop. Itu semua dicermati dengan mengacu pula pada time schedule yang telah dibuat.
Produksi
Dalam tahap produksi, sutradara bersama crew dan artis berupaya mewujudkan perencanaan, termasuk di dalamnya adalah naskah yang telah disempurnakan, menjadi gambar dan suara yang siap untuk disusun hingga mampu bercerita.
Sutradara, dalam pelaksanaan produksi, dibantu oleh asisten sutradara menentukan shoot yang akan diambil dalam suatu adegan (scene). Biasanya, sutradara mempersiapkan shoot list dari tiap adegan. Sering terjadi dalam produksi, satu kalimat dalam dialog, oleh sutradara (dibantu asistennya) dipecah ke dalam 3 atau 4 shoot, untuk memperkaya gambar.
Dalam tahap produksi, selain kameraman, lightingman juga menempati posisi yang amat penting, karena kualitas gambar turut ditentukan oleh kecukupan cahaya. Kondisi alam (perubahaan cahaya) sering membuat kerja lighting menjadi lebih rumit. Di samping lighting, peran soundman juga amat penting dalam tahap produksi, karena sebuah pengambilan gambar yang berbarengan dengan pengambilan suara bisa membuahkan hasil yang tak layak pakai (termasuk hasil gambarnya) gara-gara mutu suaranya tak layak pakai.
Dalam produksi di lokasi shooting, sutradara adalah pemimpinnya. Sutradara dituntut untuk bisa mencermati kondisi lingkungan,
Pasca Produksi
Dalam tahap pasca produksi, dapat ditetapkan tiga tahap
atau langkah utama, yakni:
1). Editing Off Line
Setelah shooting selesai, scrip writer membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shot, dicatat. Berdasarkan catatan tersebut, dibuatlah editing kasar yang disebut editing off line.
2).Editing On Line
Berdasarkan editing scrip, editor melakukan editing secara cermat, adegan-adegan dan shoot-shoot yang ada dalam tiap adegan, serta membuat transisi gambar yang menarik, sesuai tuntutan scrip. Dalam editing on line, materi sound juga dimasukkan serta ditata sesuai posisi yang dikehendaki oleh naskah. Setelah editing on line selesai dan dianggap cukup, barulah dilanjutkan ke tahap mixing.
3).Mixing
Narasi yang sudah direkam (jika pakai narasi) dan ilustrasi musik yang sudah direkam pula, dimasukkan ke data editing untuk di-mix bersama elemen-elemen lain yang diperlukan. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, ilustrasi musik, dan narasi ditata sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Setelah mixing suara serta gambar selesai, termasuk grafisnya, maka tahapan-tahapan penting dalam post production bisa dianggap selesai, dan tahap berikutnya bisa dilakukan preview.
Dalam preview, tak ada lagi yang diperbaiki, karena
dianggap telah selesai.
b. Sinematografi
Sinematografi adalah ilmu yang membahas tentang teknik dalam pengambilan gambar dan mengabungkan gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide dan cerita dalam bentuk video. Orang yang bekerja sebagai sinematografi bernama sinematografer, perlu diketahui pula bahwa sinematografer berbeda dengan videografer.
Teknik Dasar Sinematografi
1. Extreme Long Shot
Extreme Long Shot adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan gambar awal yang menunjukan set lokasi suatu adegan atau isi dalam cerita. Teknik ini menggunakan kamera lensa wide agar semua objek bisa masuk dalam frame. Dalam teknik dasar sinematografi, extreme long shot ini rule of third perlu diaplikasikan dengan benar agar komposisi gambar menjadi menarik untuk dilihat.
2. Very Long Shot
Teknik very long shot menggunakan area yang memperlihatkan seluruh tubuh dari objek agar tidak terpotong dalam frame. Teknik ini lanjutan dari extreme long shot sehingga fokusnya utamanya pada subjek dengan segala pengambilan gambar tanpa ada bagian yang terpotong oleh frame. Objek utama dalam teknik very long shot ini juga menjadi highlight utama dalam pengambilan gambar.
3. Long Shot
4. Medium Close Up
Teknik medium close up dikenal dengan teknik mengambil gambar setengah badan. Teknik ini banyak dipakai dalam sesi wawancara karena gambar yang dihasilkan lebih dinamis bisa melihat semua pergerakan setengah badan dengan detail, sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Agar bervariasi, dalam melakukan teknik medium close up usahakan menggunakan kamera lebih dari satu, agar angle video yang dihasilkan bisa berbeda. Contoh video wawancara kamera dari depan, medium shot selebah kiri atau medium shot sebelah kanan.
5. Close Up
6. Panning Shot
Panning shot adalah teknik pengambilan gambar dengan mengerakan secara vertical dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Teknik ini sebenarnya cukup sederhana dalam pengambilan gambar, kuncinya kamera harus stabil saja. Jika memungkinkan Anda bisa menggunakan tangan dan bisa juga menggunakan gimbal atau slider kamera.
7. Crane Shot
Crane shot adalah pengambilan gambar dengan arah vertical bawah ke atas atau sebaliknya. Teknik ini bisa diaplikasikan untuk menghasilkan efek transisi yang menarik. Untuk bisa menggunakan teknik ini Anda perlu menggunakan crane khusus kamera yang harganya terbilang mahal dan perlu adanya operator yang handal.
8. Track-in Shot
Teknik terakhir dalam sinematografi adalah track-in shot. Untuk bisa melakukan teknik ini Anda perlu memiliki stabilizer kamera agar saat pengambilan gambar tidak goyang. Jika masih handheld akan sangat susah apalagi dengan membawa kamera yang berat. Teknik ini dilakukan untuk pengambilan gambar dari jarak jauh jadi dekat.
Komentar
Posting Komentar